FBI Aksi Balik: Ribuan Komputer Diretas Demi Hentikan
Washington, D.C. – Dalam sebuah langkah yang mengejutkan, Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) mengonfirmasi bahwa mereka telah meretas ribuan komputer di berbagai belahan dunia. Aksi ini dilakukan sebagai bagian dari operasi besar-besaran untuk menghentikan penyebaran malware yang dikendalikan oleh kelompok peretas asing.
FBI Aksi Balik: Ribuan Komputer Diretas Demi Hentikan
Kementerian Kehakiman AS mengeluarkan pernyataan resmi pada pekan ini, mengungkap isi dokumen yang sebelumnya bersifat rahasia. Dokumen tersebut berupa surat pernyataan dari FBI yang menjelaskan operasi kontra-siber terhadap kelompok hacker asal Tiongkok yang dikenal dengan sebutan Mustang Panda dan Twill Typhoon.
Operasi Cyber: FBI Balik Menyerang
Dalam laporan yang dirilis, disebutkan bahwa FBI melacak dan menonaktifkan malware yang telah disusupi ke ribuan sistem komputer di seluruh dunia. Tindakan ini dilakukan tanpa meminta izin dari pemilik perangkat, karena dianggap sebagai langkah darurat untuk mencegah dampak lebih luas dari serangan digital yang sedang berlangsung.
Langkah ini merupakan bagian dari kebijakan “Active Cyber Defense” atau pertahanan siber aktif, di mana aparat keamanan siber AS bisa melakukan tindakan balasan langsung kepada sumber serangan, termasuk dengan cara menyusup ke sistem yang terinfeksi untuk menghapus komponen berbahaya secara langsung.
Menurut keterangan FBI, ribuan komputer yang mereka akses merupakan perangkat yang sudah terinfeksi dan digunakan sebagai bagian dari jaringan botnet—yakni jaringan komputer yang dikendalikan secara jarak jauh untuk melakukan serangan siber seperti pencurian data, spionase, hingga sabotase.
Siapa Itu Mustang Panda dan Twill Typhoon?
Kelompok hacker Mustang Panda dikenal sebagai salah satu sindikat peretas paling aktif yang memiliki afiliasi dengan pemerintah Tiongkok, meskipun klaim ini belum pernah diakui secara resmi oleh pihak terkait. Mereka sering dikaitkan dengan kampanye spionase siber yang menargetkan lembaga-lembaga pemerintah, organisasi internasional, hingga sektor teknologi dan pertahanan.
Sementara itu, Twill Typhoon adalah nama sandi untuk kelompok hacker lainnya yang juga berasal dari Tiongkok dan memiliki pola serangan yang hampir serupa. Mereka dikenal ahli dalam menyebarkan malware melalui lampiran email berbahaya atau software palsu yang didesain menyerupai perangkat lunak resmi.
Menurut FBI, kedua kelompok ini menggunakan malware canggih yang dapat menyamar dalam sistem operasi dan sangat sulit dideteksi oleh antivirus konvensional.
Tindakan Kontroversial, Tapi Diperlukan?
Operasi yang dilakukan FBI menuai reaksi beragam. Beberapa pihak menilai tindakan ini sebagai pelanggaran terhadap privasi digital karena otoritas meretas perangkat milik publik tanpa pemberitahuan atau izin.
Namun, dari sudut pandang keamanan nasional, banyak pakar menyatakan bahwa tindakan FBI justru dapat mencegah kerusakan yang lebih besar. Pasalnya, jaringan botnet yang digunakan oleh Mustang Panda dan Twill Typhoon diyakini dapat menyebabkan kehancuran besar terhadap infrastruktur digital vital bila tidak segera ditangani.
“Jika malware dibiarkan aktif di perangkat pengguna, maka itu akan menjadi ancaman tidak hanya bagi pemiliknya, tetapi juga bagi sistem global secara keseluruhan,” kata seorang analis keamanan siber dari lembaga think-tank di Washington.
Arah Baru Perang Siber Global
Aksi FBI ini menunjukkan bagaimana peperangan di era modern tidak lagi terbatas pada senjata fisik, tetapi telah meluas ke ranah digital. Negara-negara kini tidak hanya bersaing dalam hal teknologi dan kekuatan militer, tetapi juga dalam kemampuan pertahanan siber mereka.
Langkah agresif FBI ini juga bisa menjadi preseden baru bagi negara lain dalam menangani ancaman siber lintas batas. Di satu sisi, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bisa turun tangan langsung ke sistem komputer warga bila dirasa perlu untuk kepentingan nasional. Di sisi lain, ini juga membuka diskusi mengenai batas etika dan hukum dalam dunia digital yang semakin kompleks.